Minggu, 09 Desember 2018

Pejuang Magang


Pejuang Magang
Segaja tulisan saya kali ini tidak saya sebutkan di mana tempat saya dan teman-teman melakukan Kerja Praktik (KP). Karena secara fundamental, sedikit banyaknya kendala yang sama akan di temui dimana saja kita melakukan Kerja Praktik (Magang). Namun kejadian di dalam tulisan ini sejujurnya itu yang saya rasakan kemarin ketika saya menghabiskan masa-masa Kerja Praktik saya di salah satu perusahaan di Aceh.


Keluh-kesah penuh perjuangan baru saja di mulai, maka saya harus di selesaikan.
Banyak hal yang ingin di ceritakan, di kisahkan dan di tuliskan dalam lembaran ini. Meski nantinya terlihat kurang sesuai, alay atau gimana gitu. Namun saya tetap berharap semoga tulisan ini menjadi bahan bacaan yang bermamfaat bagi sahabat semua sebelum masa-masa Kerja Praktik di laksanakan.
“Ketika mendengar suaranya saja bikin deg-degan, apalagi bercengkerama dengannya. Rasa takut salah berbuat ini, salah berbuat itu terus menghantui kami saat masa-masa konsul sama pembimbing untuk perbaikan laporan praktik”. Begini kira-kira lebih kurang kejadiannya saat-saat jumpai pembimbing materi di tempat penempatan Kerja Praktik kemarin. Jangan terlalu di anggap gimana juga ya!
Berlanjut lagi, ketika sudah berhadapan dengan penjelasan laporan, sulit sekali menjelaskan bagaimana alur laporan yang telah saya buat itu. Padahal laporan ini di ketik dan di buat sendiri. Namun tetap saja tersasa canggung dan takut salah. Ini masih dengan alasan yang sama ‘takut salah, padahal belum mencobanya. Memang lah mahasiwa ini.


Coba kita bayangkan sejenak, salah pun kita dalam bersikap itu bisa-bisa saja. Yahnamanya kita dalam proses magang/praktik, yang sederhananya belajar secara langsung di sana.

Nah ketika terjadi kesalahan atas apa yang kita buat, tugas kita ya memperbaikinya. Ketika ada ketidakselarasan tugas kita menyelaraskannya. Ketika ada yang kurang sesuai tugas kita menyesuaikannya. Ketika ada yang sudah sesuai tugas kita hanya menjaga kesesuaian tersebut agar tidak terjadi kesalahan selanjutnya. Mungkin sederhananya ya seperti itu kegiatan KP selama di kantor, instansi, lembaga, perusahaan dan media.

Saya rasa, kesalahan itu wajar ada dan memang harus ada. Kalau tidak pernah ada kesalahantersebut maka kita gak akan tau bagaimana solusi yang harus di munculkan. Kalau tidak ada kesalahan, mana mungkin ada kebenaran. Sama dengan kalau tidak ada pertanyaan mana mungkin hadir jawaban kecuali pernyataan. Mungkin seperti itu (kalau yang saya tulis kurang sesuai sangat di harapkan kritik dan saran dari sahabat sekalin di kolom komentar di bawah nanti ya! Terimakasi)Jh
Lanjut lagi, saya rasa sahabat juga pernah merasakan bingung, gundah, tepatnya galau ketika tugas gak siap, gak selesai dengan waktu yang telah di berikan sama dosen. Pokoknya gak semua pada anjurannya. Udah.


Bukan galau gegara ‘dia’ marah atau gimana ya! Tapi galau karena tugas yang tak kunjung-kunjung RAMPUNG. Saya rasa masalah ini memang dekat dengan kita yang namanya mahasiswa. Tapi tidak apa-apa, ketika kita mau menghadapinya, menjalaninya maka masalah tersebut akan selesai.

Helaan nafas panjangpun terasa. Ketika semua tugas itu selesai. Ketika semua tugas itu rampung. Ketika semua perintah pembimbing selesai. Leganya akan terasa. Seperti berada di tepi pantai yang memberi hamparan luas yang sejuk dan menenangkan.
Ngomong-ngomong jika takut salah saat menjumpai pembimbing di tempat Kerja Praktik (KP), bagaimana menanggapi ini semua?
) itss HADAPI maksudnya.JBaiklah, dari saya jalan keluar satu-satunya yang paling sederhananya adalah JALANI dan HAYATI (bukan lagi promo nama ya
Itu saja dari tulisan saya kali ini. Semoga bermamfaat. Saya tunggu kritiknya, sharing-sharingnya dan saranyanya di deretan kolom komentar ya!
JTerimaksih semuanya yang sudi kiranya membaca tulisan saya.

Pernah Posting di Steemit.com


Baca selengkapnya

Rabu, 23 Agustus 2017

This About, On The Job Training!

This About, On The Job Training!
*Nurahayati_Sulaiman

~Bulan 1~
Senin, 03 Juni 2017.
Tanggal ini menjadi peristiwa penting bagi saya.
Pastinya setiap orang punya kisah dan cerita masing-masing. Tinggal kita mengingatnya atau membanginya. Menulisnya atau membuangnya. Terkenang hingga masa tua.
Semua orang punya prinsip. Tinggal kita sebagai orang-orang yang berada di sampingnya itu untuk menghargai dan menghormati setiap prinsip tersebut selama tidak berada di atas ‘kegalauan’ kita.
Cerita ini bermula dari kewajiban di kampus yang harus saya selesaikan untuk bisa naik ke anak tangga selanjutnya hingga berakhir di anak tangga Wisuda, Amin.
Suatu kewajiban yang harus di penuhi oleh seluruh mahasiswa/i khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi dengan berbagai kosentrasi di Universitas Malikussaleh, Aceh.


Setelah menunggu sebulan berlalu usai masa UTS. Barulah Lebaran Idul Fitri 1438 H tiba dan ini saatnya masa-masa penantian itu di mulai. Sistem administrasi untuk saya di jurusan belum sampai ke tahap wisuda. Ada beberapa tahap yang harus di lalui dulu yaitu melakukan praktik atas nama On The Job Training (OJT), Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Skripsi. Setelah semua itu usai barulah toga itu bisa saya pakai.
Dan kini sudah saatnya saya berkata, Welcome OJT!
Pada saat itu, pertama kali saya masuk ke perusahaan PT. Pupuk Iskandar Muda (PIM), pertama kali! Dalam rangka melaksanakan On The Job Training (OJT).
PT. PIM salah satu perusahaan Persero yang ada di Aceh Utara. Perusahaan ini merupakan anak Perusahaan dari Pupuk Indonesia (PI). Di PIM saya di tempatkan di Departemen Sistem Manajemen (Sismen).
Dalam gedung yang kini saya tempati itu terhimpun dua Departemen sekaligus. Meski pada dasarnya berbeda pintu masuk, namun tidak bisa di pungkiri bahwa kami tetangga yang dekat. Ada Departemen Sistem Manajemen (Sismen) dan Departemen Tata Kelola & Kepatuhan (TKK). Jadi berasa rame banget, bikin seruuu.
Meski sempat terlintas magang di Sismen sedikitnya keluar dari titik fokus konsentrasi. Namun pada akhirnya saya menyadari, dimanapun saya berada, kapanpun dan bagimanapun tempat itu tugas saya hanya menemukan dan menyimpan ilmu-ilmu baru itu dengan sebaik-baiknya. Toh, lulusan Ilmu Komunikasi kemana aja di perluhkan. Sederhanya seperti itu. Bisa jadi hal ini tidak akan saya dapatkan di tempat lain. Mungkin juga hal tersebut tidak bisa saya rasakan tanpa mereka yang kini saya sebut “temuda-temuda” (jangan bingung ya, ada pengertiannya di bawah).
Dua bulan, waktu yang singkat bisa bersama mereka. Paling tidak enam bulan lah, biar berasa lelahnya bersama mereka, heheh.
Maka dengan sadar, saya mengatakan magang di Sismen itu MENYENANGKAN! Serasa menjadi kesempatan yang luarbiasa ketika takdir menempatkan saya di sana. Bisa mendapatkan ilmu baru yang Insya Allah penting untuk penunjangan kapasitas diri saya.
Singkatnya pengalaman magang di bulan pertama ya seperti itu, ragu dalam bertindak namun tetap harus berani mencoba.
Bacakan cerita sambungannya di bulan Ke-2 di bawah ini (~,^)

~bersambung~

~Bulan 2~
Pengalaman di bulan kedua ini masih sama dengan bulan kemarin. Hanya saja bulan kedua ini saya lebih berani mencoba karena bulan ini bulan terkahir saya di PIM, toh hanya dua bulan kan! haha.
Nah, sebelum saya memperkenalkan para temuda-temuda seperti yang saya sebutkan di atas (maksudnya masih muda-mudaJJJ), yang ada di Departemen Sismen dan Departemen TKK, terlebih dulu saya ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada Pak Yono, selaku orang yang menempatkan saya di Sismen. Pak Kasuma Selaku Manager Dept. Sisimen. Bu Eva, selaku Pembimbing Materi. Pak Dedy Selaku Pembimbing Redaksi. Pak Diko, Pak Suryadi, Kak Rika dan Bu Jah.
Pak Nasrun Selaku Superintendent TKK. Pak Jainuddin, serta seluruh Karyawan-karyawati di Sismen dan TKK atau Takesi.
Sebenarnnya bingung harus mulai dari mana dan menceritakan bagaimana. Semuanya menyenangkan dan membahagiakan.
Baiklah, saya merasa bahwa orang-orang di bawah ini pantas untuk di ‘gibahkan’, saya mulai dari Kak Nur (Nur Asiah). Kakak ini sedang menjadi Staf Develoment Program (SDP) di PT PIM yang di tempatkan di Departemen Sismen. Kak Ustazah yang baik. Yang selalu bilang, adek tenang aja kalau anak KP memang seperti itu. Di bawa santai aja, ketika saya mengeluh gak ada kerjaaan. Kak Nur ini orangnya berprinsip banget, gak mau tergoyang dengan hal-hal yang menurutnya tidak bermamfaat. Hal demikian malah saat melihat caranya merespon terkadang bikin kocak, sampai ngakak, hahaha. Apa lagi kalau sedang di ‘sanjung’ sama Bang Atim (baca ke bawah ya). Pokoknya kekeuh banget. Semoga Akhy yang berjenggot datang pada saat yang tepat ya, Amin. Jangan mau sama Bang Atiem meskipun beliau pakek Wak Doyok (Maaf bukan iklan). Terimaksih kak untuk semuanya. Bisa berkenalan dengan beliau di @nurasiah_m.nur_a.



Okeh, kedua ada kak Moly (Moelly Mariska). Kakak yang katanya keturunan Lamno, itss ~mata biru~ ini lagi Management Trainee Program (MTP) di Departemen TKK. Kakak ini juga gak kalah baiknya. Selalu nyemangatin daa kuu di kala galau gak ada kerjaan. Kak Moly, makasih ya untuk semuanya. Kalau ingin tau bagaimana mata biru yang beliau miliki dari genetik nenek-nenek buyutnya cek saja Istagram @moekamoelly. Macam endors aja awak, tapi gak kok cuman mau berbagi pengalaman saja. Kak Moly anak Hukum Unsyiah lo, ayok merapat bagi yang suka-suka hukum atau politik gitu.
Ketiga, ada ciwi-ciwi Ina (Huwaina) dan Ipa (Diva Safitri). Mahasiswi Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Negeri Lhokseumawe. Mereka menjadi teman baru di bulan kedua magang di PIM. Terimakasih ya sudah menjadi penyemangat dalam detik-detik konsul laporan, hihihi. Dan jangan bosan-bosannya tegur kalo aku mulai melupa ya, maklum manusia. J
Kalau ingin kenal sama mereka boleh follow @inaa_Junaidy, kebetulan yang satu ini sedang masa menyendiri. Boleh baget di jadikan teman curhat, biar kerasa galaunya dia bagaimana. Dan satu lagi @Divasafitrii, hanya bisa di jadikan teman aja ya. Kebetulan selangkah jodohnya mulai terlihat. Tapi yang pasti dua sejoli ciwi-ciwi ini baeekkkk sangat.
Nah, giliran perkenalan para hawa sudah siap, sekarang giliran para adam ya.J
Pertama ada Bang Publo (tolong read dalam bahasa inggris ya, tolonggg), semoga tidak membingungkan namanya. Maknain aja sesuka hatimu. Itu nama keren beliau. Kalau nama aslinya Muhammad Yatim, bagus benar kan namannya. Sering kami panggil Bang Antimo (bukan lagi iklan ya) or Publo, wkwkwk. Abang ini sedang menjalani masa-masa Management Trainee Program (MTP) di Departemen TKK. Kalau ingin tegok wajahnya silahkan buka istagram dan ketik @muhammad_atiem_mr. Terimakasih bang, udah jadi patner ngocak. Semoga kakak di dayah itu yang terbaik ya, Amin.
Kedua ada babang-babang asli Medan yang suka buka cabang, eh bukan cabang wirausaha apalagi cabang leadership. TAPI, buka cabang bagian “Mendua”. Ini nih yang sensetippp banget bagi perempuan. Entah bagaimana kisah mereka ber-Tiga selanjutnya. Semoga berakhir bahagia lah, layaknya sinetron-sinetron yang udah di set di tipi-tipi. Mungkin cabang-cabang itu hanya untuk bahan becandaan aja, semoga saja ya bang. Bang Rian ini lagi menjalani masa-masa Management Trainee Program (MTP) di Departemen Sismen. Untuk Bang Rian (Rian Maulana) terimaksih telah berbagi tugas luarbiasa. Khusus yang ingin gak saya kasih tau nama istagramnya. Saya takut yang membaca ini jadi tumbal selanjutnya, wkwkkw.
Yang terakhir ada Bang Haikal (Riyan Haikal), Lulusan Teknik Industri Unsyiah. Abang ini juga lagi menjalani masa-masa Management Trainee Program (MTP) di Departemen Sismen. Abang ini diantara dua bodigat di atas yang paling sering di ‘bully’, dalam artian sering banget mendapat perhatian lebih dari dua temannya  di atas. Seru banget kan jadi dia. Dan dia satunya-satunya adam di ruang kami yang katanya JOMLOH, eaakk. Dan katanya sih ini mau terbuka gitu sama orang yang dia suka, good luck! Semoga berhasil, dan jangan lama-lama ganggu anak orang ya. Langsung halalkan dia dan bawa ke Jannah, Amin. Tapi masih punya kesempatan nih bagi yang mau berkenalan dengannya. Langsung Japri aja di Istagram @riyanhaikal.
Setiap hari, saya di temanin sama mereka semua para temuda-temuda yang pengertian. Gomawo temudaku. Tiada hari tanpa ketawa, saling memojok hingga berakhir senyuman. Kece abis bah mereka.
Semoga tali persaudaraan ini selalu terjaga ya. Mohon maaf karena telah bercerita panjang lebar, tulisan ini segaja Aya tulis untuk jadi kenangan. Sekali lagi cerita ini tidak bermaksud mengandung unsur SARA, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.
Mohon maaf juga jika Aya bersalah dalam bersikap dan berbicara selama ini. Jangan di ambil hati jika ada yang kurang sesuai, itu semua hanya untuk bahan bercandaan aja gak lebih dari itu.
Maaf jika nanti chat yang di kirim hari ini Aya balas besok atau lusa, maklum paket adikmu ini selalu bermodalkan MB, pas-pasan. Dan kadang idupin paket pun cuman sebentar udah itu matiin lagi (curhat jadinya, hehe). Tapi Aya tidak pernah melupakan pengalaman berharga yang udah abang-abang dan kakak-kakak ajarkan. Terimong Geunaseh Kak Nur, Kak Moly, Ina, Ipa, Bang Atim, Bang Rian dan Bang Haikal dan seluruh kru yang terlibat (biar kayak skenario gituJ) Harapan Aya tetap tegur Aya ya, Always!
Jadi singkatnya, setiap kita pasti punya cerita masing-masing atas setiap pengalaman yang berlalu. Saran dariku, tulislah setiap pengalaman itu agar kamu bisa menceritakan pegalamanmu pada generasi selanjutnya. Agar mereka tahu, hal itu sebelumnya sudah kamu lalui tentang bagiamana pahit-senangya semuanya. Agar juga kamu tidak melupakannya akan kenangan-kenangan yang sempat melukiskan senyumanmu. Yang pasti ~cerita itu indah pada waktunya!~

#Mahasiswa bercerita
#duabulan
#58haribercerita
#OnTheJobTraining
#Komunikasi


~The end~



Baca selengkapnya

Senin, 01 Mei 2017

Sendiri, Membuatku Berani

Part 2 (Perjalanan Pulang)
Sendiri, Mengharuskanku Berani!
~Nurhayati~



Senin, 20 Maret 2017. Setelah kegiatan Youth Adventure Day 2017 berakhir kemarin hari Minggu, langsung hari ini kembali ke Aceh. Kalau kemarin pergi sendiri, sekarang giliran pulang kami berdua (Its, jangan salah faham. Kenapa berdua? Karena bareng dengan Bang Heru (abang kelas di komunikasi). Jadi sekarang pulang sudah ada teman, gak sendiri lagi). Semalam kami pesan tiket bareng-bareng dengan pesawat Citilink, hanya sekali transit dan langsung ke KNO (medan). Peaswat kami jam 14.40 Wib akan berangkat ke Jakarta (Bandara Soetta).

Pada jam 10.00 lewat  saya naik gojek (transportasi online) dari Asrama Putri (lupa nama asramanya. Namun asrama ini khusus untuk mahasiswa/i Aceh yang kuliah di Jogya. kalau ingin tau nama asramanya apa, cari aja di goegle. Mana tau bisa di mamfaatin nanti pas ke Jogya). Jam 11.10 tiba di Bandara Adi Sucipto. Usai cek in, punya waktu sekitar 2 jam lebih untuk menunggu giliran terbang (hehe, terbangggg...). Bang Heru belum juga sampai ke bandara.

Menunggu pesawat selanjutnya, yah menunggu lagi. Menunggu di ruang tunggu sendiri begini, teringat lagi ketika pergi kemarin juga sama menunggu seperti ini saat transit di Jakarta. Apalagi kemarin siap transit, pas waktu keberangkatan lagi harus di tunda hingga 15 menit untuk keberangkatan selanjutnya, karena Pak Presiden Jokowi sedang berada di bandara untuk melakukan penerbangannya. Meski tak sempat melihat orang nomor satu di Indonesia ini secara langsung, begitulah informasi yang saya dapatkan dari pihak bandara sendiri.

Jam di tangan sudah melaju ke angka 14.30. Gate C4 sudah terbuka untuk pesawat Lion yang akan kami tumpangi. Pemeriksaan boarding pass mulai di lakukan, namun Bang Heru belum juga muncul. Berkali-kali kumenghubunginya, tapi tetap tidak bisa. Dalam hati terus bertanya, kenapa dengan Bang Heru? Kalau saja sampai ketinggalan pesawat, ia benar-benar akan ketinggalan, hingga harus melakukan pembelian tiket pesawat lain untuk keberangkatan selanjutnya. (ini bukan bus di jalan, yang bisa di berhentikan ketika kita mau berhenti. Ini bukan ojek yang bisa kita suruh tunggu sebentar hingga beberapa menit sekaligus. Ini pesawat, yang cara kerjanya beda dengan yang lain. Kalau telat, tidak ada kata tunggu baginya, parah memang, bagi kita penumpangnya, iya kan...).

Pada saat itu, tidak ada lagi harapan untuk Bang Heru. Pesawat sudah take off. Sudah meninggalkan daratan. Sedang melayang di atas awan. Seketika rasa sedih yang terus terasa (bagaimana gak sedih, pertama janji pulang bersama otomatis punya teman, gak sendiri seperti ini. Kedua, sedih karena susah, risau, gak enak perasaan, kenapa Bang Heru gak sampai juga ke bandara). Dalam hati, terus memohon, agar perjalan ini baik-baik saja dan Bang Heru juga baik-baik saja).




Ketika transit di Jakarta, langsung memasuki ruang tunggu dan mencari-cari tempat untuk cas Hp. Hampir saja lobet. Secepatnya kusambungkan Hp dengan cas, agar kehidupannya terisi. Karena ini sangat membantu dalam perjalanan pulang kali ini. Hp lah teman yang bisa menghubungkanku yang di sini dengan orang-orang yang kubutuhkan di seberang sana. Pas transit di Jakarta, barulah Bang Heru bisa di hubungi. Dan ternyata dugaan itu benar, bahwa Bang Heru ketinggalan pesawat. Namun yang bikin sedih adalah ketika Bang Heru bilang, bahwa dia mengalami sedikit kecelakaan hingga ketinggalan pesawat. Pada saat itu, saya merasakan ketakutan yang mendalam (apa semua ini pertanda buruk untuk perjalan saya, pikiran negatif karena ketakutan terus bergejolak. Apa maksud dari semua ini?).

Jantung seolah berpompa 2X lebih cepat dari biasanya. Perjalaan pulang sudah setengah kulalui. Pikiran gak karuan. Yang bikin takut lagi karena perjalanan terakhir itu akan turun di KNO pada jam 20.00 Wib, (malam-malam di Medan, sendiri lagi. Itu yang bikin ketakutan. Siapa yang gak tau keadaan Medan, apalagi malam hari. Semua tau bagaimana seramnya Medan itu). Perasaan takut terus mengantungi. Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan? Berilah kekuatan kepada hamba? Izinkan hamba sampai dengan sehat dan selamat, Ya Rabbi? Rintihku dalam hati.

Kepulangan yang rencana ada teman, ternyata berakhir sendiri. Takdir Allah sedang menguji. Ungkapku dalam hati. Kuraih telepon tinut, seketika kutelpon Kak Nisa (kakak kelas, yang baik hati), berharap mendapatkan pencerahan yang baik darinya. Setidaknya bisa mengobati hati yang sedang sedih dan ketakutan ini. Singkat cerita Kak Nisa membantu dengan sangat baik. Memberi motivasi, sekaligus kalau nanti sampai ke Medan harus ngapain dan bagaimana, semuanya di jelaskan dengan sangat rinci, (Terimakasih Kak Rapunzel J)

Sesampainya di KNO, langsung kunaiki bus ALS yang tujuannya ke terminal Ringrut (pangkalan Putra Pelangi).  Sekarang hati ini mulai tenang. Mulai nyaman. Meski sendiri di Medan, namun kalau sudah naik bus yang tujuannya ke Lhokseumawe sudah aman. Pompa darahpun kini mulai normal (tidak seperti tadi, sampai-sampai membuat gemetar).

Karena nomor bangku di bus tidak bisa di atur seenaknya oleh penumpang, jadi harus menerima takdir untuk duduk berdekatan dengan cowok yang tidak kukenal (yang katanya akan ke Bireun). Alhamdulillah cowok itu baik. Buktinya bisa sampai ke Lhokseumawe dengan aman. Sehat. Tentram. (Terimakasih ya, abang Bireun, J).

05.00, waktu yang hampir subuh akhirnya sampai ke Lhokseumawe dengan sehat. Dalam perjalan pergi dan pulang kali ini Allah mengujiku untuk bersabar dan terus mengingat namanya. Yang terpenting adalah yakinlah apapun yang terjadi itu takdir Allah yang paling baik untuk kita.



Ini cerita perjalananku kali ini. Apa ceritamu? J





Baca selengkapnya

Sendiri, Tidak Membuatku Lemah!

Latepost

Part 1(Perjalanan Pergi)
Sendiri, Tidak Membuatku Lemah!
~Nurhayati~



“Setelah melalui berbagai rintangan, akhirnya saya berhasil menjadi mahasiswi semester 6 di Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik angkatan 2014 Universitas Malikussaleh...”, itu sepenggal jawaban yang saya isi ketika hadir pertanyaan Ceritakan Tentang Dirimu. Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya, yang saya isi entah bagaimana. 

Cerita kali ini bermula ketika salah satu senior kelas saya (tidak saya sebut siapa, tapi terimakasih sudah berbagi informasiJ) membagikan informasi yang sangat membahagiakan tentang kegiatan Youth Adventure Day (YAD) 2017 programnya Indonsian Youth Dream (IYD) yang di laksanakan pada 17-19 Maret, di Kebun Mangunan, Yogyakarta. Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya ingin menceritakan sedikit bahagianya saya ketika membaca kata Yogyakarta. Karena kenapa? Karena Jogya adalah salah satu tempat dari sekian daftar tempat yang ingin saya kunjungin dan pernah saya tulis kemudian tertempel di dinding kamar. Begitu bahagianya, ketika daftar-daftar list tempat yang ingin saya kunjungin mulai tercoret-coret (bertanda tercapaiJ). Pokoknya bahagia banget, gak bisa di gambarkan rasa bahagia gimana dalam tulisan ini.

Oke, lanjut lagi (ke cerita sebelumnya), saya mulai membuka link-link yang berhubungan dengan YAD. Dari web, You Tube hingga sosmed YAD. Saya menemukan testimoni dari para alumni YAD tahun lalu. Keren banget pokokknya. Tidak menunggu lama, saya membuka laman untuk mendaftar kegiatan YAD ini. Kembali kerumah, dengan yakin mempersiapkan semua persyaratan dan menjawab semua pertanyaan yang di pertanyakan oleh panitia kegiatan. Esai mulai saya garap (sebagus mingkin). Video profil mulai di rekam (seala kadar). Kemudian mengirim semuanya ke alamat email yang di tujukan oleh panitia.

Youth Adventure Day, kegiatan camp pertama yang saya aplay di awal semester 6 ini. Setelah berkas selesai saya summit. Saya tinggalkan semua hal yang berkaitan dengan YAD itu. Kembali ke aktivitas semula, ngampus, kerja tugas, dan lain sebagainya.

Pasca 2 minggu setelah berkas terkirim. Akhirnya pengumuman kelulusanpun tiba. Inilah waktu bahagia(bahagia bila terpilihJ) sekaligus waktu sedih(saat tidak terpilihL) ketika membaca daftar nama peserta yang lolos mengikuti camp YAD 2017 nantinya. Dengan teliti dan pikiran yang karuan saya membaca dan mencari-cari “Universitas Malikussaleh” dan “Nurhayati”. Hampir setengah sudah lembaran kertas pengumuman itu terbaca bahkan lebih dari setengahnya, namun yang menjadi keinginan belum juga tercapai. Nama itu belum ketemu juga.

Kursor itu dengan semangat terus saya geserkan ke bawah, dan akhirnya pada nomor 108 tertera nama Nurhayati asal kampus Universitas Malikussaleh. Rasa bahagia meluap seketika. Dengan sendirinya tersenyum-senyum bersama labtop dan terus membaca daftar peserta yang lulus lainnya. Mungkin orang-orang yang ada di hadapan saya bertanya, kenapa ia tersenyum sendiri? Dan terus melirih, Alhamdulilah, Alhamdulillah dan Alhamdulillah.

Sejak hari itu, terus mempersiapkan apa yang perlu dan bagaimana bisa sampai ke Jogya (mengingat dana gak ada). Seperti mahasiswa-mahasiswa lainnya, ketika lolos event kemudian bingung untuk pergi bagaimana? Harus bagaimana? Karena gak ada dana. Mulailah mengeprint proposal dan surat ini-itu (bagaikan orang-orang yang melamar pekerjaan). Menteng-teng proposal ke prodi, fakultas hingga universitas (biro). Dalam hati terus berharap agar proposal itu di acc(disetujuin), sehingga bisa pergi dengan tenang (karena gak mikirin lagi masalah dana).

Harapan terus berharap. Sedikit lagi, proposal yang sudah terkirim ke biro di acc. Namun apa bisa buat, ketika cobaan datang menguji. Proposal itu belum maksimal di penuhi dengan nota-nota acc (persetujuan), harus berhenti dan terletak kembali di atas tumpukan proposal lainnya (yang entah kapan di acc seluruh proposal itu). Singkatnya, proposal saya tidak berhasil di acc secara lengkap, alasannya kenapa?(bagian ini tidak bisa saya ceritakan).

Disini saya mulai merasakan, bahwa mimpi saya ke Jogya akan kandas di tengah jalan. Sebentar lagi akan hilang. Harapan dan bayangan-banyangan akan indahnya Jogja harus terpendam dan tertanam lagi dalam-dalam. Keinginan yang terwujud belum sempurna sesuai dengan keinginan.

Allah punya cara sendiri dalam membahagiakan hamba-hamba-Nya. Kata-kata yang memberi motivasi bagi saya. Sehingga saya yakin, pasti tanah Jawa itu akan berhasil  saya jejaki. Semua uang tabungan saya satukan dalam satu hitungan. Belum juga cukup. Malah masih jauh dari target dana yang di butuhkan. Harus bagaiamana ini? (bingung). Meski begitu, terus berusaha. Meminta pinjaman (ngutangpun gak apa-apa), itu yang ada di pikiran karena saking inginnya ke Jogya. Bukankah sesuatu yang berharga itu butuh pergorbanan? Maka, kuberanikan diri meminta pinjaman sama teman-teman kampus(yang pasti teman yang dekat dengan saya lah). Alhamdulillah, dengan senang mereka mau membantu. Namun tetap saja belum cukup. Apa langkah selanjutnya, agar uang ini cukup untuk semuanya. Mendekati beberapa hari keberangkatan, uang yang terumpulkan belum juga mencapai nominal yang sesuai dengan target. Meski sudah jauh-jauh hari commitment fee nya sudah terlunaskan, namun apa boleh buat jika untuk PP belum cukup, maka semua akan hangus dan kesalahan besar adalah gak jadi ke Jogja.

Harus bisa ke jogya. Kata yang selalu tergiang di kepala. Singkat cerita, akhirnya berhasil mengumpulkan uang untuk PP(Jangan ragu ya, uangnya Insya Allah halal kok. Yang pasti penuh pengorbanan). Uang untuk jajan tidak terlalu penting, bahkan gak penting, karena yag terpenting adalah sampai ke Jogya. Akhirnya langkah pertama sudah aman. Mulus.

Mulailah langkah kedua, dengan berbagai alasan dan kerisauan keluarga tidak mengizinkan berangkat sendiri dari Aceh-Jogya. Pada saat itu, tidak ada cara lain selain menghubungi delegasi lainnya yang ada di Banda Aceh serta Medan, karena dua daerah ini yang dekat dengan Lhokseumawe. Jawaban-jawaban yang kuterima dari delegasi sungguh di luar harapan. Ada yang gak jadi pergi (karena gak bisa pergi), ada yang sudah sampai ke Jogya(gak mungkin balik lagi, hanya demi jemput aku). Dengan kata lain, kalau memang yakin pergi ke Jogya, harus berangkat sendiri dari Aceh ke Jogya. Tidak ada cara lain. Namun keluarga masih pada kata-katanya. Tetap gak boleh pergi sendiri. Kerisauan keluarga yang mendalam itu, seolah gak penting bagiku saat itu. Yang terpenting adalah ke Jogja. Tinggal selangkah lagi, mimpi itu terwujud. Namun harus bagaimana, ketika cobaan datang lagi. Yang bisa kita lakukan hanya berSABAR. Maka itu yang saya lakukan waktu itu.
Allah punya cara sendiri membahagiakan hamba-hamba-Nya (kata ini tergiang lagi dalam pikiran). Kekuatan doa (semoga keluarga memberikan doa untuk pergi, meski sendiri) terasa waktu itu. Allah akan selalu mendengar harapan dan doa-doa hamba-Nya. Usai sudah pengorbanan saya kali ini. Keluarga menizinkan pergi meski sendiri, dengan syarat di antarkan ke Bandara Banda Aceh (gak apa-apa yang penting jadi pergi, iya kan? J).


Setelah selesai transit di Jakarta (Bandara Halim Perdanakusuma), sampai juga ke Jogya (Bandara Adi Sujipto). Jam di tangan menuju pukul 16.10 (kalau gak salah ya, udah lupa). Kemudian, saya mencari-cari sambil bertanya di mana terminal bus Trans Jogya. Karena cara akses paling murah untuk sampai ke Jombor waktu itu hanya dengan naik Trans Jogya. Akhirnya sampai di terminal harapan (Its, terminal trans jogja maksudnya. Bagi saya saat itu, terminal ini adalah terminal harapan, karena dengan masuk ke terminal itu, saya akan di bawakan oleh bus hingga sampai ke Jombor (merupakan tujuan pertama di Jogya)). 

Bermodal ongkos tiket bus Rp 3.500; (murah banget atuh) dengan 2X transit sampai di Jombor pada jam 17.00 lebih kurang. Sampai di sana saya di jemput oleh teman baru, saudara baru (gak perlu saya sebutkan namanya) di Jogja. Terimakasih ya, siapapun kamu yang telah membantuku sampai ke Jogya. Rabu, 15 Maret 2017, jam 16.10, saya berhasil menginjak kaki di Kota Gudeg itu. Semoga siapa saja yang membaca tulisan ini, semakin yakin atas mimpi-mimpinya hingga ia berani mencoretkan semua mimpi-mimpi yang telah di tulisnya. Semoga saja! JJJ



Baca selengkapnya

Menikmati Perbedaan di School for Nation Leader 2016

Part 2
Menikmati Perbedaan di School for Nation Leader 2016
JJJ


Lagu Hymne Negarawan Muda Indonesia dari Indrawan Yepe/Budiyanto, ingin rasanya saya meng-amin-kan setiap kalimat yang begitu bermakna. Lirik yang bermakna ini bisa menguncang semangat kami ketika kami sudah lelah dengan diskusi, tanya-jawab dan lain sebagainya. Ketika kami mulai lesu, letih dan masih dalam ruangan diskusi, dengan sigap panitia memutarkan lagu ini hingga semangat kembali menghampiri. Untaian irama nan nada berpadu hingga mampu memelekkan mata yang mulai tertutupi karena lelah mengeluarkan ide atau mencari solusi dari permasalahan. Lirik yang sangat berkesan ada di ujung lagu yakni “menjadikan peradaban duniaaaaaaaaa” disini semua berlomba-lomba untuk tidak berhenti/tidak memutuskan nafasnya hingga membuat kami semua sesak(hehehe), dan akhirnya tertawa girang bersama.
Kami negarawan muda Indonesia
Pemimpin masa depan bangsa
Lanjut kan tekat amanah pendiri bangsa
Berjuang merawat Indonesia
Kami negarawan muda Indonesia
Pemimpin masa depan dunia
Dalam bangun jiwa
pemimpin pemuda
Bertekat menghidupakan integritas


Reff:
Negarawan Muda Indonesia
Setinggi-tinggi ilmu
Semurni keyakinan
Seluas cita-cita
Sebaik-baik strategi
Keyakinan, perjuangan,
Pengorbanan dan persaudaraan
Bersatu padu tunaikan janji
Untukmu kejayaan negri
Negarawan Muda Indonesia
Berkhitmat untuk kepentingan rakyat
Bangsa dan negara tercinta
Menjadi rujukan peradaban dunia 2X.

Keterlambatan saya dan Syifa sehari tidak jadi masalah. Kami masih bisa berkenalan dengan mereka, pemuda hebat yang tangguh dan kece semua, kecuali saya. Banyak perbedaan yang tak sanggup saya utarakan di sini, diantaranya, perbedaan sikap, pemikiran, perilaku, gaya bicara, kepedean, keakraban, budaya, kepribadian dan keegoisan. Wajar, itulah manusia. Dari setiap perbedaan itu melatih saya untuk bisa menerima kharakteristik yang berbeda tersebut. Mereka, adalah beberapa orang dari semua manusia di dunia ini yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Bertemu dengan mereka dari beberapa universitas di Indonesia, Unimal, Unsyiah, USU, UMSU, Unand, UNP, UMRI, UR, Univ. Sriwijaya, UIN Hidayatullah Yogyakarta. Dan selalu memabawa almamater kebanggaan masing-masing. Perbedaan yang saya temukan di sini, mengingatkan saya untuk bersyukur setiap saat. Besyukur setiap takdir yang Allah berikan setiap hari. Bersyukur dan menikmati setiap skenario yang Allah berikan untuk saya, sungguh ini karunia-Nya LUARBIASA. Yang terpenting believe your self and positive thinking. J



Baca selengkapnya